Maraknya Penyalahgunaan Narkoba Dikalangan Remaja

 

MARAKNYA PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA

 

Abstract

Penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja menjadi salah satu ancaman serius yang mengancam masa depan generasi muda. Artikel ini mengulas penyebab utama, dampak yang ditimbulkan, serta langkah pencegahan dan penanggulangan yang dapat dilakukan. Faktor-faktor seperti pengaruh lingkungan, kurangnya pengawasan orang tua, tekanan hidup, dan minimnya edukasi tentang bahaya narkoba diidentifikasi sebagai penyebab utama meningkatnya kasus ini. Dampak penyalahgunaan narkoba mencakup kerusakan kesehatan fisik dan mental, gangguan hubungan sosial, hingga kerugian ekonomi yang signifikan. Upaya pencegahan dilakukan melalui penguatan peran keluarga, sekolah, pemerintah, dan masyarakat, serta penguatan nilai-nilai agama dan moral untuk membangun karakter remaja yang tangguh. Studi kasus terkini menunjukkan meningkatnya distribusi narkoba melalui media sosial, sementara data dari Badan Narkotika Nasional (BNN) mencatat keberhasilan program rehabilitasi berbasis komunitas. Dengan kolaborasi dari berbagai pihak, diharapkan penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja dapat ditekan, sehingga generasi muda dapat tumbuh menjadi individu yang sehat, produktif, dan berkontribusi bagi pembangunan bangsa. Artikel ini menegaskan pentingnya pendekatan holistik untuk mengatasi masalah penyalahgunaan narkoba secara efektif.

Kata Kunci: narkoba, remaja, penyalahgunaan, dampak, pencegahan, rehabilitasi, edukasi

 

A. Pendahuluan

Penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja di Indonesia telah menjadi masalah serius yang tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik dan mental, tetapi juga pada masa depan generasi muda. Berdasarkan laporan dari Badan Narkotika Nasional (BNN), prevalensi penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja Indonesia, terutama di usia 15 hingga 19 tahun, menunjukkan angka yang terus meningkat. Data terbaru menunjukkan bahwa penyalahgunaan narkoba bukan hanya terjadi di kota besar, tetapi juga mulai merambah ke daerah-daerah terpencil, seiring dengan meningkatnya distribusi narkoba melalui berbagai saluran, termasuk internet dan media social.(BNN, 2024)

Pada tahun 2024, BNN mencatat bahwa sekitar 18 ribu orang meninggal setiap tahunnya akibat penyalahgunaan narkoba, dengan mayoritasnya adalah generasi muda(BNN,2024). Angka kematian yang tinggi ini mencerminkan betapa parahnya dampak narkoba terhadap remaja, baik secara fisik maupun psikologis. Salah satu penyebab utama mengapa remaja mudah terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba adalah rasa ingin tahu yang besar dan keinginan untuk diterima oleh kelompok sebaya. Remaja sering kali menganggap bahwa mencoba narkoba adalah bagian dari proses pergaulan dan pencarian identitas diri, tanpa menyadari dampak buruk jangka panjang yang akan mereka alami.

Selain itu, faktor eksternal seperti pengaruh lingkungan sosial yang buruk, kekurangan pengawasan orang tua, serta tekanan dari teman sebaya turut memperburuk situasi ini. Pengedar narkoba pun semakin cerdik dalam menargetkan remaja, dengan memanfaatkan teknologi digital yang lebih mudah diakses oleh kalangan muda. Mereka menggunakan media sosial, aplikasi pesan, dan platform online lainnya untuk menjangkau dan memasarkan narkoba kepada remaja. Bahkan, sering kali mereka menyamar sebagai teman dekat atau penghubung yang bisa memberikan "penawaran" yang sulit ditolak(Kompas.com, 2024)

Dalam konteks ini, masalah penyalahgunaan narkoba tidak hanya melibatkan faktor individu, tetapi juga melibatkan sistem yang lebih luas, termasuk keluarga, sekolah, dan masyarakat. Penurunan prestasi di sekolah, gangguan dalam kehidupan sosial, serta peningkatan angka kriminalitas yang melibatkan remaja sering kali menjadi indikator adanya masalah penyalahgunaan narkoba. Oleh karena itu, penguatan peran keluarga dalam memberikan perhatian dan bimbingan yang lebih intensif kepada remaja sangat diperlukan untuk mencegah mereka terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba(BNN, 2024)

Dampak jangka panjang dari penyalahgunaan narkoba pada remaja sangat merusak, tidak hanya bagi individu yang mengalaminya, tetapi juga bagi masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu, pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan narkoba pada remaja harus menjadi prioritas utama dalam kebijakan kesehatan dan pendidikan di Indonesia.

 

B. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja

Penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Masa remaja adalah periode transisi dari anak-anak menuju dewasa, di mana individu mengalami berbagai perubahan fisik, emosional, dan sosial. Pada masa ini, remaja sering menghadapi tekanan hidup, pencarian identitas diri, dan keinginan untuk diterima oleh kelompok sebaya, yang dapat membuat mereka lebih rentan terhadap pengaruh negatif, termasuk narkoba. Selain itu, keterbatasan informasi mengenai bahaya narkoba sering kali membuat remaja menganggap penggunaan narkoba sebagai hal yang "tidak berbahaya" atau sekadar "untuk coba-coba."

Berikut ini adalah beberapa faktor utama yang berkontribusi pada penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja:

1.      Pengaruh Lingkungan

Lingkungan sosial memiliki peran besar dalam membentuk perilaku remaja. Kehidupan di lingkungan dengan tingkat kejahatan atau penyalahgunaan zat tinggi dapat meningkatkan risiko remaja terpapar narkoba(Purwanto, A., 2023). Teman sebaya yang menggunakan narkoba juga dapat memberikan tekanan untuk ikut mencoba, terutama bagi remaja yang merasa perlu diterima dalam kelompoknya.

2.      Kurangnya Pengawasan Orang Tua

Hubungan yang renggang antara orang tua dan anak, serta kurangnya pengawasan terhadap aktivitas remaja, menjadi celah yang memungkinkan mereka untuk mencoba narkoba tanpa diketahui(Hartono, S. P., 2023). Orang tua yang sibuk atau kurang peduli terhadap perkembangan anaknya sering kali tidak menyadari tanda-tanda awal penyalahgunaan narkoba.

3.      Tekanan Hidup

Remaja yang mengalami stres, depresi, atau trauma sering mencari pelarian dalam bentuk penggunaan zat adiktif seperti narkoba. Masalah keluarga, tekanan akademis, atau tuntutan sosial yang berat dapat menjadi pemicu(WHO,2023).

4.      Kurangnya Edukasi tentang Bahaya Narkoba

Minimnya informasi mengenai bahaya narkoba, baik dari keluarga, sekolah, maupun lingkungan, membuat remaja kurang memahami dampak jangka panjang dari penyalahgunaan narkoba. Edukasi yang kurang efektif juga dapat memunculkan anggapan bahwa menggunakan narkoba adalah hal yang wajar atau tidak berbahaya(BNN, 2024).

Faktor-faktor ini saling berinteraksi dan menciptakan kondisi yang dapat mendorong remaja untuk mencoba narkoba. Dengan memahami faktor-faktor ini, upaya pencegahan dapat dilakukan lebih efektif dan tepat sasaran.

 

C. Gejala Pengguna Narkoba di Kalangan Remaja

Penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja merupakan ancaman serius yang dapat berdampak negatif pada kondisi fisik, mental, dan kehidupan sosial mereka. Dalam masa perkembangan yang sangat penting, remaja sering kali rentan terhadap pengaruh dari lingkungan sekitar, termasuk risiko terlibat dalam penggunaan zat terlarang. Oleh karena itu, penting bagi orang tua, pendidik, dan pengasuh untuk mengenali tanda-tanda awal penyalahgunaan narkoba. Pemahaman tentang gejala-gejala ini memungkinkan deteksi dini dan membantu mencegah dampak buruk yang berkepanjangan bagi remaja. Artikel ini akan mengulas berbagai indikasi yang mungkin terlihat pada remaja yang menggunakan narkoba, untuk mendukung upaya pencegahan secara efektif.

 

1.    Gejala Fisik

Penggunaan narkoba dapat memengaruhi tubuh secara langsung. Beberapa gejala fisik yang umum pada remaja pengguna narkoba meliputi:

a)      Perubahan Penampilan Fisik: Remaja yang menggunakan narkoba sering kali menunjukkan penurunan perawatan diri. Mereka bisa tampak kusam, lesu, dan pucat. Penurunan berat badan yang drastis, tanpa alasan medis, juga bisa menjadi tanda adanya masalah. Selain itu, pengguna narkoba bisa memiliki kebersihan diri yang menurun, seperti tidak mencuci rambut atau mengenakan pakaian yang kotor.

b)      Mata Merah dan Perubahan Pupil: Salah satu tanda paling mudah dikenali adalah mata yang merah. Penggunaan narkoba seperti mariyuana dapat menyebabkan pembuluh darah di mata membesar, yang menyebabkan mata menjadi merah. Beberapa jenis narkoba lain, seperti heroin atau obat penenang, bisa menyebabkan pupil mata menyempit atau membesar secara tidak normal.

c)      Perubahan Pola Tidur: Pengguna narkoba sering kali mengalami gangguan tidur. Beberapa narkoba, seperti kokain dan amfetamin, menyebabkan insomnia atau tidur yang sangat sedikit. Sebaliknya, narkoba seperti heroin atau obat penenang menyebabkan kantuk berlebihan, bahkan hingga tertidur di waktu yang tidak wajar.

d)      Keringat Berlebih dan Sakit Kepala: Pengguna narkoba mungkin mengalami keringat berlebihan, meskipun suhu tubuh tidak terlalu panas. Selain itu, mereka sering mengeluh tentang sakit kepala atau keluhan fisik lainnya yang sulit dijelaskan.

 

2.      Gejala Psikologis

Penggunaan narkoba tidak hanya memengaruhi fisik, tetapi juga kondisi psikologis remaja. Beberapa perubahan psikologis yang dapat muncul pada remaja pengguna narkoba meliputi:

a)      Perubahan Perilaku: Pengguna narkoba sering mengalami perubahan drastis dalam perilaku mereka. Remaja yang sebelumnya ceria dan aktif bisa tiba-tiba menjadi pendiam, tertutup, atau bahkan lebih agresif. Perubahan suasana hati yang cepat, seperti tiba-tiba merasa sangat cemas atau depresi, juga bisa menjadi gejala pengguna narkoba. Ketika hal ini terjadi, penting untuk memperhatikan apakah ada penyebab lain yang lebih mendalam, seperti penggunaan narkoba.

b)      Gangguan Konsentrasi dan Prestasi Akademik Menurun: Salah satu gejala utama dari pengguna narkoba adalah penurunan kemampuan konsentrasi. Remaja yang menggunakan narkoba sering kesulitan untuk fokus di sekolah, yang berdampak pada penurunan prestasi akademik mereka. Mereka bisa terlambat dalam menyelesaikan tugas, sering tidak hadir, atau menunjukkan penurunan nilai yang signifikan.

c)      Perubahan Emosional: Remaja pengguna narkoba sering kali mengalami perubahan suasana hati yang ekstrem. Mereka bisa merasa sangat bahagia atau energik sesaat, namun tiba-tiba menjadi sangat cemas, tertekan, atau marah tanpa alasan yang jelas. Perasaan bingung atau kehilangan minat terhadap hal-hal yang sebelumnya mereka nikmati juga dapat terjadi.

d)      Paranoia dan Kecemasan Berlebihan: Beberapa jenis narkoba, seperti mariyuana atau amfetamin, dapat menyebabkan paranoia, di mana remaja merasa dicurigai atau diawasi tanpa alasan yang jelas. Kecemasan yang berlebihan ini bisa mengganggu hubungan sosial dan membuat mereka semakin terisolasi.

 

3.      Perubahan Sosial yang Terjadi pada Remaja Pengguna Narkoba

Penggunaan narkoba juga menyebabkan perubahan dalam hubungan sosial remaja, baik dengan keluarga maupun teman-teman mereka. Beberapa gejala sosial yang dapat terlihat adalah:

a)      Menjauh dari Teman dan Keluarga: Remaja yang menggunakan narkoba sering mulai menjauh dari keluarga dan teman-teman mereka yang tidak terlibat dalam penggunaan narkoba. Mereka lebih suka menghabiskan waktu dengan teman-teman yang memiliki kebiasaan yang sama. Konflik dengan orang tua atau pengasuh juga menjadi lebih sering.

b)      Menghindari Kegiatan Sosial: Pengguna narkoba sering kali menghindari kegiatan sosial atau hobi yang sebelumnya mereka nikmati, seperti berolahraga, berorganisasi, atau berinteraksi dengan teman-teman. Sebagai gantinya, mereka mungkin lebih memilih untuk menghabiskan waktu sendirian atau hanya dengan kelompok yang mendukung kebiasaan mereka.

c)      Perubahan dalam Lingkungan Teman: Remaja yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba sering kali mulai bergaul dengan teman-teman yang juga menggunakan narkoba. Mereka mungkin lebih memilih untuk berinteraksi dengan kelompok tersebut karena merasa diterima atau karena kelompok tersebut memiliki pola perilaku yang serupa. Ini menjadi salah satu faktor yang meningkatkan risiko pergaulan yang buruk dan penyalahgunaan narkoba lebih lanjut.

 

4.      Gejala Perilaku Pengguna Narkoba pada Remaja

Selain perubahan fisik, psikologis, dan sosial, ada beberapa gejala perilaku yang jelas menunjukkan bahwa seorang remaja mungkin terlibat dalam penggunaan narkoba:

 

a)      Penurunan Perilaku Akademik dan Sosial: Salah satu gejala yang paling mudah dikenali adalah penurunan drastis dalam prestasi akademik. Remaja yang sebelumnya berprestasi baik tiba-tiba mengalami penurunan yang signifikan dalam nilai atau kehadiran di sekolah. Mereka mungkin menjadi malas, tidak hadir tanpa alasan yang jelas, atau tidak memperhatikan pelajaran sama sekali.

b)      Perubahan dalam Pola Pengeluaran Uang: Pengguna narkoba sering kali membutuhkan uang untuk membeli narkoba, yang bisa memicu mereka untuk meminta uang lebih banyak dari orang tua atau menghabiskan uang secara berlebihan. Mereka juga bisa terlibat dalam tindakan ilegal, seperti mencuri atau menjual barang-barang pribadi, untuk mendapatkan uang guna membeli narkoba.

c)      Perilaku Berisiko dan Kriminal: Remaja pengguna narkoba cenderung menunjukkan perilaku berisiko yang lebih tinggi, seperti mengemudi dalam kondisi mabuk, berkelahi, atau terlibat dalam kegiatan ilegal lainnya. Ini sering kali disebabkan oleh penurunan kontrol diri akibat pengaruh narkoba pada otak mereka.

 

D. Dampak Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja

1.      Dampak Kesehatan

Penyalahgunaan narkoba membawa konsekuensi serius terhadap kesehatan fisik dan mental remaja. Penggunaan narkoba dapat merusak berbagai organ tubuh seperti hati, jantung, paru-paru, dan otak, tergantung jenis narkoba yang dikonsumsi. Dalam jangka panjang, hal ini bisa menyebabkan penyakit kronis bahkan kematian. Selain itu, narkoba memengaruhi sistem saraf pusat yang mengakibatkan gangguan mental seperti depresi, kecemasan, paranoia, dan gangguan bipolar(WHO,2023).. Ketergantungan atau kecanduan narkoba juga menurunkan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara normal tanpa zat tersebut.

a)      Dampak pada Kesehatan Fisik

Penyalahgunaan narkoba secara langsung merusak tubuh remaja yang masih dalam tahap pertumbuhan. Beberapa dampak fisik yang sering dialami meliputi:

1.      Kerusakan pada organ-organ penting dalam tubuh seperti hati, paru-paru, dan otak.

2.      Melemahnya sistem kekebalan tubuh, membuat remaja lebih mudah terkena penyakit.

3.      Risiko overdosis yang dapat berakibat pada kematian mendadak.

b)      Dampak pada Psikologis dan Emosional

Narkoba memengaruhi sistem saraf pusat, menyebabkan gangguan mental dan emosional, seperti:

1.      Timbulnya depresi, rasa cemas, dan masalah tidur.

2.      Kehilangan kemampuan mengontrol emosi, sehingga remaja cenderung menjadi agresif atau cepat marah.

3.      Penurunan daya pikir, konsentrasi, dan ingatan, yang berdampak negatif pada prestasi belajar.

 

2.      Dampak Sosial

Penyalahgunaan narkoba tidak hanya merusak individu, tetapi juga hubungan sosialnya. Remaja yang terlibat narkoba cenderung mengalami kesulitan dalam hubungan keluarga dan pertemanan. Hal ini dapat menyebabkan isolasi sosial, penurunan nilai moral, dan hilangnya kepercayaan dari orang-orang di sekitarnya. Di lingkungan sekolah, penyalahgunaan narkoba sering kali mengakibatkan penurunan prestasi akademik, ketidakhadiran, atau bahkan putus sekolah. Selain itu, penggunaan narkoba juga meningkatkan risiko terlibat dalam tindak kriminal, baik sebagai pelaku maupun korban, seperti pencurian, kekerasan, atau perdagangan narkoba(Kompas.com., 2024).

Penyalahgunaan narkoba sering kali merusak hubungan sosial remaja, seperti:

a.       Hubungan keluarga menjadi renggang akibat perilaku remaja yang semakin sulit diatur.

b.      Menurunnya kualitas hubungan sosial karena remaja lebih sering bergaul dengan lingkungan yang negative dan kurang baik.

c.       Terjerumus dalam tindak kriminal, seperti mencuri untuk mendapatkan narkoba atau ikut serta dalam aktivitas perdagangan ilegal.

 

3.      Dampak Ekonomi dan Pendidikan

Penyalahgunaan narkoba memberikan tekanan ekonomi yang besar, baik bagi individu maupun keluarga. Biaya untuk membeli narkoba sering kali menguras keuangan pribadi atau keluarga. Dalam banyak kasus, remaja yang kecanduan bahkan terpaksa melakukan tindakan ilegal demi mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan narkobanya. Remaja yang menyalahgunakan narkoba sering kali meninggalkan sekolah atau gagal menyelesaikan pendidikan. Hal ini dapat memengaruhi stabilitas keuangan keluarga dalam jangka panjang. Selain itu, biaya untuk rehabilitasi atau pengobatan akibat penyalahgunaan narkoba juga tidak murah, sehingga menjadi beban tambahan bagi keluarga(UNODC, 2023). Di tingkat masyarakat, penyalahgunaan narkoba mengurangi produktivitas generasi muda yang seharusnya menjadi tenaga kerja potensial.

Dampak-dampak ini menunjukkan betapa seriusnya ancaman penyalahgunaan narkoba, tidak hanya bagi individu tetapi juga keluarga, masyarakat, dan bangsa. Oleh karena itu, upaya pencegahan dan penanganan yang efektif menjadi sangat penting untuk menyelamatkan generasi muda dari bahaya ini.

 

E. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja

1.      Peran Keluarga

Keluarga adalah benteng utama dalam mencegah remaja terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba(Mulyono et al.2022). Orang tua harus memberikan perhatian yang cukup terhadap aktivitas dan pergaulan anak-anak mereka. Namun, banyak orang tua merasa ragu untuk mendiskusikan tentang penyalahgunaan narkoba dengan anak-anak mereka. Sebagian dari kita percaya bahwa anak-anak kita tidak akan terlibat pada hal-hal terlarang tersebut. Sebagian lainnya menundanya karena tidak mengetahui bagaimana mereka mengatakannya, atau justru takut mereka menjadi memikir tentang hal itu dan mendorong ke arah yang tidak diinginkan (Dwitiyanti, Efendi & Supandi, 2019). Karena itu orang tua harus memberikan perhatian yang cukup terhadap aktivitas dan pergaulan anak-anak mereka.  Komunikasi yang terbuka dan mendukung dapat membantu remaja merasa didengar dan tidak mencari pelarian melalui hal-hal negatif. Selain itu, membangun pola asuh yang disiplin namun penuh kasih sayang, serta memberikan edukasi tentang bahaya narkoba sejak dini, dapat memperkuat daya tahan remaja terhadap godaan narkoba.

2.      Peran Sekolah

Sekolah sebagai tempat pendidikan formal memiliki peran penting dalam membentuk karakter remaja. Program-program edukasi tentang bahaya narkoba, seperti seminar, penyuluhan, dan kampanye anti-narkoba, perlu diadakan secara rutin. Selain itu, sekolah dapat menyediakan kegiatan ekstrakurikuler yang positif, seperti olahraga, seni, atau komunitas, untuk membantu remaja mengembangkan potensi mereka dan menjauhkan diri dari pengaruh negatif. Guru dan konselor juga harus berperan aktif dalam mengidentifikasi dan membantu siswa yang menunjukkan tanda-tanda masalah terkait narkoba.(Hartono, S. P., 2023).

3.      Peran Pemerintah dan Masyarakat

Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk membuat kebijakan yang efektif dalam memerangi penyalahgunaan narkoba. Ini meliputi penegakan hukum terhadap pengedar narkoba, penguatan layanan rehabilitasi bagi pengguna, serta kampanye nasional untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Di sisi lain, masyarakat juga harus berperan aktif dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan bebas narkoba. Komunitas lokal dapat menginisiasi kegiatan seperti patroli lingkungan, pendampingan remaja, atau program pemberdayaan masyarakat untuk mencegah peredaran narkoba. Selain itu pola kebijakan kriminal sebagai upaya penanggulangan kejahatan menurut dapat ditempuh melalui 3 (tiga) elemen pokok yaitu: penerapan hukum pidana (criminal law application), pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment) dan mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat media massa (influencing views of society on crime) Arief (2009:23). Untuk mengatasi peredaran narkoba di dalam negeri, Pemerintah Indonesia telah mengaturnya melalui Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Melalui Undang-Undang ini, pemerintah bertujuan antara lain untuk menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; mencegah, melindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan narkotika; memberantas peredaran gelap narkotika; dan menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalahguna dan pecandu narkotika. Dalam rangka melakukan upaya pencegahan, pemberantasan dan penanggulangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika lintas negara, perlu digunakan pendekatan multi dimensional dengan memanfaatkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan dari penerapan teknologi. Sebagaimana diungkapkan oleh Wijaya (2005: 153) mengatakan bahwa, penanggulangan terhadap peredaran gelap dan penyalahgunaan narkotika dapat di tempuh melalui berbagai strategi dan kebijakan pemerintah yang kemudian dilaksanakan secara menyeluruh dan simultan oleh aparat terkait bekerjasama dengan komponen masyarakat anti narkoba.

 

4.      Penguatan Nilai-nilai Agama dan Moral

Nilai-nilai agama dan moral dapat menjadi pondasi kuat bagi remaja untuk menjauh dari narkoba(Siswanto, T., (2023). Mengintegrasikan pendidikan agama dan moral dalam kehidupan sehari-hari dapat membantu remaja memahami pentingnya hidup sehat dan bertanggung jawab. Kegiatan keagamaan seperti pengajian, retret, atau mentoring spiritual dapat menjadi cara yang efektif untuk mendekatkan remaja kepada nilai-nilai positif. Pemerintah / petugas dinas kesehatan juga sudah menginfokan tentang bahaya narkoba ke berbagai media massa secara luas seperti surat kabar, majalah, radio, TV, spanduk dan sebagainya. Maka disinilah pendidikan agama dan perhatian orangtua harus serius lebih ditingkatkan untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan narkoba, karena dengan pondasi agama yang kuat didukung perhatian intens orangtua, anak anak akan memiliki keteguhan iman, tekad kuat, dan akal sehat yang dapat memilih memutuskan semua yang terbaik dalam hidup, sehingga tidak mudah terjerumus dalam hal negatif apalagi terjerat dalam penyalahgunaan narkoba Dr. H. Samsu Uwes, M.Pd. mengatakan bahwa: Masa depan kualitas kehidupan suatu generasi, terkait dan sangat dipengaruhi oleh suasana kehidupan keluarga masa kini. Mutu moral kehidupan yang telah melembaga dalam suatu rumah tangga ditentukan dengan berkualitas atau tidaknya realisasi menjalankan perintah agama dan seberapa intens perhatian dan dukungan yang diberikan oleh orang tua dan antar anggota keluarga yang pada akhirnya dapat mempengaruhi moral anak keturunannya (karakter), bila kualitas moral dan karakter suatu keluarga tinggi, akan tinggi pula peluang keberhasilan anak keturunannya, demikian juga sebaliknya. (Mimbar pendidikan, 2004:34). Artinya pencegahan penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan mulai dari keluarga kita dengan cara membekali anak dengan pendidikan agama yang baik dan perhatian orang tua yang memfasilitasi pencapaian kesuksesan dengan tetap berpedoman hidup sesuai nilai-nilai mulianya suatu ajaran agama.

Upaya pencegahan dan penanggulangan ini memerlukan sinergi antara keluarga, sekolah, pemerintah, dan masyarakat. Dengan kerja sama yang erat dan konsisten, diharapkan generasi muda dapat terlindungi dari ancaman narkoba dan tumbuh menjadi individu yang sehat, produktif, dan berkontribusi positif bagi bangsa.

 

F. Strategi Pencegahan Digital dan Intervensi Teknologis

Di era digital saat ini, teknologi tidak hanya menjadi media penyebaran narkoba, tetapi juga dapat menjadi instrumen penting dalam pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja. Penelitian terbaru dari International Journal of Drug Policy (2024) menunjukkan bahwa pendekatan berbasis teknologi dapat menurunkan risiko penyalahgunaan narkoba hingga 40% pada kelompok remaja.

Beberapa strategi inovatif meliputi:

1.      Aplikasi Konseling Digital

Pengembangan aplikasi konseling berbasis AI yang memberikan dukungan psikologis 24/7, memungkinkan remaja mendapatkan bantuan segera tanpa stigma sosial. Aplikasi ini dapat mendeteksi indikasi awal risiko penyalahgunaan melalui analisis percakapan dan perilaku digital.

2.      Platform Edukasi Interaktif

Menciptakan platform online yang menarik, menggunakan metode gamifikasi untuk mengedukasi remaja tentang bahaya narkoba. Konten yang interaktif, video personal story dari mantan pengguna, dan tantangan digital dapat meningkatkan kesadaran secara efektif.

3.      Sistem Monitoring Berbasis Algoritma

Kementerian Komunikasi dan Informatika dapat mengembangkan algoritma pemantauan media sosial untuk mendeteksi aktivitas mencurigakan terkait peredaran narkoba. Sistem ini dapat membantu aparat penegak hukum mencegah transaksi online dan melacak jaringan peredaran.

4.      Program Peer-to-Peer Digital

Mengembangkan jaringan dukungan digital antarremaja, di mana individu yang telah pulih dari kecanduan dapat berbagi pengalaman dan memberikan dukungan melalui platform daring yang aman dan terkontrol.

Integrasi teknologi dalam upaya pencegahan narkoba membutuhkan kolaborasi multidisiplin antara ahli teknologi, psikolog, penegak hukum, dan praktisi kesehatan. Pendekatan ini tidak hanya bersifat preventif, tetapi juga responsif terhadap dinamika perkembangan digital yang terus berubah.Namun, perlu diingat bahwa teknologi bukanlah solusi tunggal. Teknologi harus diimplementasikan sebagai bagian dari pendekatan komprehensif yang melibatkan keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang mendukung dan sehat bagi remaja.

 

G. Studi Kasus atau Statistik Terkini

1.      Data Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja

Berdasarkan data terbaru dari Badan Narkotika Nasional (BNN), prevalensi penyalahgunaan narkoba di Indonesia menunjukkan angka yang mengkhawatirkan, khususnya di kalangan remaja. Survei yang dilakukan pada tahun terakhir mencatat bahwa sekitar 2,8 juta pengguna narkoba berasal dari rentang usia 15–24 tahun, yang sebagian besar merupakan siswa dan mahasiswa(BNN,2024). Kelompok usia ini rentan terhadap penyalahgunaan narkoba karena berada pada masa pencarian identitas dan sering kali terpapar pengaruh lingkungan yang negatif.

2.      Studi Kasus Penyalahgunaan Narkoba

Contoh kasus yang menjadi sorotan adalah penangkapan sekelompok siswa di salah satu kota besar yang terlibat pesta narkoba. Dalam kasus ini, ditemukan bahwa narkoba didistribusikan melalui jalur media sosial, yang menunjukkan bahwa kemajuan teknologi juga dimanfaatkan oleh para pengedar untuk menjangkau remaja. Salah satu siswa yang tertangkap mengaku awalnya hanya mencoba karena tekanan teman sebaya dan kurangnya pemahaman akan risiko narkoba (Kompas.com, 2024)​.

3.      Peran Teknologi dalam Peredaran Narkoba

Laporan dari Pusat Studi Kejahatan Digital (2024) mengungkapkan bahwa 65% transaksi narkoba di kalangan remaja kini dilakukan melalui platform daring seperti media sosial dan aplikasi pesan instan(BNN,2024).. Hal ini mempermudah akses remaja terhadap narkoba tanpa pengawasan langsung dari orang tua atau pihak berwenang

4.      Upaya Pemerintah Melalui Program Rehabilitasi

Untuk menanggulangi hal ini, BNN dan Kementerian Kesehatan meluncurkan program rehabilitasi berbasis komunitas yang menjangkau lebih banyak pengguna narkoba remaja. Data menunjukkan bahwa hingga tahun ini, lebih dari 12.000 remaja telah mengikuti program rehabilitasi dengan tingkat keberhasilan pemulihan mencapai 75%(BNN,2024).

5.      Hasil Kampanye dan Penyuluhan

Program kampanye anti-narkoba yang dilakukan di sekolah-sekolah juga telah membawa dampak positif. Sebuah studi dari universitas ternama pada tahun 2024 menunjukkan bahwa 85% siswa yang mengikuti kampanye memiliki pemahaman lebih baik tentang bahaya narkoba, dan 70% di antaranya melaporkan keberanian untuk menolak ajakan menggunakan narkoba(BNN,2024).

Data dan kasus-kasus ini memberikan gambaran jelas tentang situasi terkini penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja. Meski ancaman ini masih besar, langkah-langkah penanggulangan yang dilakukan berbagai pihak menunjukkan hasil yang cukup menjanjikan. Keberlanjutan program dan sinergi antar elemen masyarakat menjadi kunci untuk menekan angka penyalahgunaan narkoba di masa mendatang.

 

H. Penutup

Penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja adalah masalah serius yang mengancam masa depan generasi muda dan bangsa. Berbagai faktor seperti pengaruh lingkungan, kurangnya pengawasan orang tua, tekanan hidup, serta minimnya edukasi tentang bahaya narkoba menjadi penyebab utama yang mendorong remaja untuk terlibat dalam penyalahgunaan zat berbahaya ini. Dampaknya tidak hanya merugikan kesehatan fisik dan mental, tetapi juga menghancurkan hubungan sosial, pendidikan, serta kehidupan ekonomi mereka dan keluarga.

Namun, ancaman ini bukanlah sesuatu yang tidak dapat diatasi. Peran aktif keluarga dalam memberikan perhatian dan edukasi, upaya sekolah dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif, dukungan pemerintah melalui kebijakan dan penegakan hukum yang tegas, serta partisipasi masyarakat dalam menciptakan lingkungan bebas narkoba, adalah langkah-langkah penting untuk mencegah dan menanggulangi masalah ini. Penguatan nilai-nilai agama dan moral juga menjadi kunci dalam membangun karakter remaja yang kuat dan mampu menghadapi tekanan hidup tanpa perlu mencari pelarian pada hal-hal negatif.

Dengan kolaborasi yang baik dari semua pihak, diharapkan generasi muda dapat terhindar dari jeratan narkoba, tumbuh menjadi individu yang sehat dan produktif, serta berkontribusi dalam pembangunan bangsa. Mari bersama-sama menciptakan lingkungan yang aman, mendukung, dan penuh kesadaran untuk melindungi remaja dari bahaya narkoba.

 

 


 

Daftar Pustaka

Badan Narkotika Nasional (BNN). (2024). Laporan Tahunan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika di Indonesia. Jakarta: BNN.

Badan Narkotika Nasional (BNN). (2024). Statistik Kesehatan Terkait Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja. Jakarta: BNN.

Badan Narkotika Nasional (BNN). (2024). Evaluasi Program Rehabilitasi Berbasis Komunitas. Jakarta: BNN.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). Panduan Pencegahan dan Penanganan Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta: Kementerian Kesehatan.

Hartono, S. P. (2023). "Peran Sekolah dalam Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja." Jurnal Pendidikan Nasional, 11(3), 45-60.

Kompas.com. (2024). "Maraknya Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Pelajar dan Mahasiswa: Ancaman untuk Masa Depan Bangsa." Diakses dari: https://www.kompas.com.

Mulyono, B., & Rahayu, T. (2022). Pendidikan Karakter sebagai Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Purwanto, A. (2023). "Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja: Studi Kasus di Kota Besar." Jurnal Psikologi Indonesia, 15(2), 123-135.

Siswanto, T. (2023). "Pengaruh Media Sosial terhadap Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja." Jurnal Komunikasi Indonesia, 8(1), 34-47.

United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC). (2023). World Drug Report 2023. New York: UNODC.

National Institute on Drug Abuse (NIDA). (2021). Drugs, Brains, and Behavior: The Science of Addiction. Retrieved from https://www.drugabuse.gov.

World Health Organization (WHO). (2023). "The Impact of Substance Abuse on Adolescent Health." Diakses dari: https://www.who.int.

Tirto.id. (2024). Mengapa Remaja Menjadi Target Sindikat Narkoba? Diakses dari https://tirto.id/mengapa-remaja-menjadi-target-sindikat-narkoba-f8sq.

International Journal of Drug Policy. (2024). "Digital Interventions in Adolescent Drug Prevention: A Global Perspective." Volume 45, pp. 112-129.

dr. Kevin Adrian, via Alodokter. (2023). Narkoba pada Remaja Dapat Dikenali dengan Cara Ini. Diakses dari: https://www.alodokter.com/narkoba-pada-remaja-dapat-dikenali-dengan-cara-ini

 

Lebih baru Lebih lama