MARAKNYA PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA
Abstract
Penyalahgunaan
narkoba di kalangan remaja menjadi salah satu ancaman serius yang mengancam
masa depan generasi muda. Artikel ini mengulas penyebab utama, dampak yang
ditimbulkan, serta langkah pencegahan dan penanggulangan yang dapat dilakukan.
Faktor-faktor seperti pengaruh lingkungan, kurangnya pengawasan orang tua,
tekanan hidup, dan minimnya edukasi tentang bahaya narkoba diidentifikasi
sebagai penyebab utama meningkatnya kasus ini. Dampak penyalahgunaan narkoba
mencakup kerusakan kesehatan fisik dan mental, gangguan hubungan sosial, hingga
kerugian ekonomi yang signifikan. Upaya pencegahan dilakukan melalui penguatan
peran keluarga, sekolah, pemerintah, dan masyarakat, serta penguatan
nilai-nilai agama dan moral untuk membangun karakter remaja yang tangguh. Studi
kasus terkini menunjukkan meningkatnya distribusi narkoba melalui media sosial,
sementara data dari Badan Narkotika Nasional (BNN) mencatat keberhasilan
program rehabilitasi berbasis komunitas. Dengan kolaborasi dari berbagai pihak,
diharapkan penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja dapat ditekan, sehingga
generasi muda dapat tumbuh menjadi individu yang sehat, produktif, dan
berkontribusi bagi pembangunan bangsa. Artikel ini menegaskan pentingnya
pendekatan holistik untuk mengatasi masalah penyalahgunaan narkoba secara
efektif.
Kata Kunci:
narkoba, remaja, penyalahgunaan, dampak, pencegahan, rehabilitasi, edukasi
A. Pendahuluan
Penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja di Indonesia
telah menjadi masalah serius yang tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik
dan mental, tetapi juga pada masa depan generasi muda. Berdasarkan laporan dari Badan Narkotika Nasional (BNN),
prevalensi penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja Indonesia, terutama di
usia 15 hingga 19 tahun, menunjukkan angka yang terus meningkat. Data terbaru
menunjukkan bahwa penyalahgunaan narkoba bukan hanya terjadi di kota besar,
tetapi juga mulai merambah ke daerah-daerah terpencil, seiring dengan
meningkatnya distribusi narkoba melalui berbagai saluran, termasuk internet dan
media social.(BNN, 2024)
Pada tahun 2024, BNN mencatat bahwa sekitar 18 ribu orang
meninggal setiap tahunnya akibat penyalahgunaan narkoba, dengan mayoritasnya
adalah generasi muda(BNN,2024). Angka kematian yang tinggi ini mencerminkan betapa
parahnya dampak narkoba terhadap remaja, baik secara fisik maupun psikologis.
Salah satu penyebab utama mengapa remaja mudah terjerumus dalam penyalahgunaan
narkoba adalah rasa ingin tahu yang besar dan keinginan untuk diterima oleh
kelompok sebaya. Remaja sering kali menganggap bahwa mencoba narkoba adalah
bagian dari proses pergaulan dan pencarian identitas diri, tanpa menyadari
dampak buruk jangka panjang yang akan mereka alami.
Selain itu, faktor eksternal seperti pengaruh lingkungan
sosial yang buruk, kekurangan pengawasan orang tua, serta tekanan dari teman
sebaya turut memperburuk situasi ini. Pengedar narkoba pun semakin cerdik dalam
menargetkan remaja, dengan memanfaatkan teknologi digital yang lebih mudah
diakses oleh kalangan muda. Mereka menggunakan media sosial, aplikasi pesan,
dan platform online lainnya untuk menjangkau dan memasarkan narkoba kepada
remaja. Bahkan, sering kali mereka menyamar sebagai teman dekat atau penghubung
yang bisa memberikan "penawaran" yang sulit ditolak(Kompas.com, 2024)
Dalam konteks ini, masalah penyalahgunaan narkoba tidak
hanya melibatkan faktor individu, tetapi juga melibatkan sistem yang lebih
luas, termasuk keluarga, sekolah, dan masyarakat. Penurunan prestasi di
sekolah, gangguan dalam kehidupan sosial, serta peningkatan angka kriminalitas
yang melibatkan remaja sering kali menjadi indikator adanya masalah
penyalahgunaan narkoba. Oleh karena itu, penguatan peran keluarga dalam
memberikan perhatian dan bimbingan yang lebih intensif kepada remaja sangat
diperlukan untuk mencegah mereka terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba(BNN, 2024)
Dampak jangka panjang dari penyalahgunaan narkoba pada
remaja sangat merusak, tidak hanya bagi individu yang mengalaminya, tetapi juga
bagi masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu, pencegahan dan
penanggulangan penyalahgunaan narkoba pada remaja harus menjadi prioritas utama
dalam kebijakan kesehatan dan pendidikan di Indonesia.
B. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja
Penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja
merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik
internal maupun eksternal. Masa remaja adalah periode transisi dari anak-anak
menuju dewasa, di mana individu mengalami berbagai perubahan fisik, emosional,
dan sosial. Pada masa ini, remaja sering menghadapi tekanan hidup, pencarian
identitas diri, dan keinginan untuk diterima oleh kelompok sebaya, yang dapat
membuat mereka lebih rentan terhadap pengaruh negatif, termasuk narkoba. Selain
itu, keterbatasan informasi mengenai bahaya narkoba sering kali membuat remaja
menganggap penggunaan narkoba sebagai hal yang "tidak berbahaya" atau
sekadar "untuk coba-coba."
Berikut ini adalah beberapa faktor utama yang
berkontribusi pada penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja:
1.
Pengaruh Lingkungan
Lingkungan sosial memiliki peran besar
dalam membentuk perilaku remaja. Kehidupan di lingkungan dengan tingkat
kejahatan atau penyalahgunaan zat tinggi dapat meningkatkan risiko remaja
terpapar narkoba(Purwanto, A., 2023). Teman sebaya yang menggunakan narkoba
juga dapat memberikan tekanan untuk ikut mencoba, terutama bagi remaja yang
merasa perlu diterima dalam kelompoknya.
2.
Kurangnya Pengawasan
Orang Tua
Hubungan
yang renggang antara orang tua dan anak, serta kurangnya pengawasan terhadap
aktivitas remaja, menjadi celah yang memungkinkan mereka untuk mencoba narkoba
tanpa diketahui(Hartono, S. P., 2023). Orang tua yang sibuk atau kurang peduli
terhadap perkembangan anaknya sering kali tidak menyadari tanda-tanda awal
penyalahgunaan narkoba.
3.
Tekanan Hidup
Remaja
yang mengalami stres, depresi, atau trauma sering mencari pelarian dalam bentuk
penggunaan zat adiktif seperti narkoba. Masalah keluarga, tekanan akademis, atau tuntutan sosial yang berat dapat
menjadi pemicu(WHO,2023).
4.
Kurangnya Edukasi
tentang Bahaya Narkoba
Minimnya
informasi mengenai bahaya narkoba, baik dari keluarga, sekolah, maupun
lingkungan, membuat remaja kurang memahami dampak jangka panjang dari
penyalahgunaan narkoba. Edukasi yang kurang efektif juga dapat memunculkan
anggapan bahwa menggunakan narkoba adalah hal yang wajar atau tidak berbahaya(BNN,
2024).
Faktor-faktor ini saling berinteraksi dan
menciptakan kondisi yang dapat mendorong remaja untuk mencoba narkoba. Dengan
memahami faktor-faktor ini, upaya pencegahan dapat dilakukan lebih efektif dan
tepat sasaran.
C. Gejala Pengguna Narkoba di Kalangan Remaja
Penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja
merupakan ancaman serius yang dapat berdampak negatif pada kondisi fisik,
mental, dan kehidupan sosial mereka. Dalam masa perkembangan yang sangat
penting, remaja sering kali rentan terhadap pengaruh dari lingkungan sekitar,
termasuk risiko terlibat dalam penggunaan zat terlarang. Oleh karena itu, penting bagi orang tua, pendidik,
dan pengasuh untuk mengenali tanda-tanda awal penyalahgunaan narkoba. Pemahaman
tentang gejala-gejala ini memungkinkan deteksi dini dan membantu mencegah
dampak buruk yang berkepanjangan bagi remaja. Artikel ini akan mengulas
berbagai indikasi yang mungkin terlihat pada remaja yang menggunakan narkoba,
untuk mendukung upaya pencegahan secara efektif.
1. Gejala Fisik
Penggunaan narkoba dapat memengaruhi tubuh
secara langsung. Beberapa gejala fisik yang umum pada remaja pengguna narkoba
meliputi:
a) Perubahan
Penampilan Fisik: Remaja
yang menggunakan narkoba sering kali menunjukkan penurunan perawatan diri.
Mereka bisa tampak kusam, lesu, dan pucat. Penurunan berat badan yang drastis,
tanpa alasan medis, juga bisa menjadi tanda adanya masalah. Selain itu,
pengguna narkoba bisa memiliki kebersihan diri yang menurun, seperti tidak
mencuci rambut atau mengenakan pakaian yang kotor.
b) Mata Merah dan Perubahan
Pupil: Salah satu tanda
paling mudah dikenali adalah mata yang merah. Penggunaan narkoba seperti
mariyuana dapat menyebabkan pembuluh darah di mata membesar, yang menyebabkan
mata menjadi merah. Beberapa jenis narkoba lain, seperti heroin atau obat
penenang, bisa menyebabkan pupil mata menyempit atau membesar secara tidak
normal.
c) Perubahan Pola
Tidur: Pengguna narkoba
sering kali mengalami gangguan tidur. Beberapa narkoba, seperti kokain dan
amfetamin, menyebabkan insomnia atau tidur yang sangat sedikit. Sebaliknya,
narkoba seperti heroin atau obat penenang menyebabkan kantuk berlebihan, bahkan
hingga tertidur di waktu yang tidak wajar.
d) Keringat Berlebih
dan Sakit Kepala: Pengguna
narkoba mungkin mengalami keringat berlebihan, meskipun suhu tubuh tidak
terlalu panas. Selain itu, mereka sering mengeluh tentang sakit kepala atau
keluhan fisik lainnya yang sulit dijelaskan.
2. Gejala Psikologis
Penggunaan narkoba tidak hanya memengaruhi
fisik, tetapi juga kondisi psikologis remaja. Beberapa perubahan psikologis
yang dapat muncul pada remaja pengguna narkoba meliputi:
a) Perubahan
Perilaku: Pengguna
narkoba sering mengalami perubahan drastis dalam perilaku mereka. Remaja yang
sebelumnya ceria dan aktif bisa tiba-tiba menjadi pendiam, tertutup, atau
bahkan lebih agresif. Perubahan suasana hati yang cepat, seperti tiba-tiba
merasa sangat cemas atau depresi, juga bisa menjadi gejala pengguna narkoba.
Ketika hal ini terjadi, penting untuk memperhatikan apakah ada penyebab lain
yang lebih mendalam, seperti penggunaan narkoba.
b) Gangguan
Konsentrasi dan Prestasi Akademik Menurun: Salah satu gejala utama dari pengguna narkoba
adalah penurunan kemampuan konsentrasi. Remaja yang menggunakan narkoba sering
kesulitan untuk fokus di sekolah, yang berdampak pada penurunan prestasi
akademik mereka. Mereka bisa terlambat dalam menyelesaikan tugas, sering tidak
hadir, atau menunjukkan penurunan nilai yang signifikan.
c) Perubahan
Emosional: Remaja
pengguna narkoba sering kali mengalami perubahan suasana hati yang ekstrem.
Mereka bisa merasa sangat bahagia atau energik sesaat, namun tiba-tiba menjadi
sangat cemas, tertekan, atau marah tanpa alasan yang jelas. Perasaan bingung
atau kehilangan minat terhadap hal-hal yang sebelumnya mereka nikmati juga
dapat terjadi.
d) Paranoia dan
Kecemasan Berlebihan: Beberapa
jenis narkoba, seperti mariyuana atau amfetamin, dapat menyebabkan paranoia, di
mana remaja merasa dicurigai atau diawasi tanpa alasan yang jelas. Kecemasan
yang berlebihan ini bisa mengganggu hubungan sosial dan membuat mereka semakin
terisolasi.
3. Perubahan Sosial
yang Terjadi pada Remaja Pengguna Narkoba
Penggunaan narkoba juga menyebabkan
perubahan dalam hubungan sosial remaja, baik dengan keluarga maupun teman-teman
mereka. Beberapa gejala sosial yang dapat terlihat adalah:
a) Menjauh dari Teman
dan Keluarga: Remaja yang
menggunakan narkoba sering mulai menjauh dari keluarga dan teman-teman mereka
yang tidak terlibat dalam penggunaan narkoba. Mereka lebih suka menghabiskan
waktu dengan teman-teman yang memiliki kebiasaan yang sama. Konflik dengan
orang tua atau pengasuh juga menjadi lebih sering.
b)
Menghindari Kegiatan Sosial: Pengguna narkoba sering kali menghindari
kegiatan sosial atau hobi yang sebelumnya mereka nikmati, seperti berolahraga,
berorganisasi, atau berinteraksi dengan teman-teman. Sebagai gantinya, mereka
mungkin lebih memilih untuk menghabiskan waktu sendirian atau hanya dengan
kelompok yang mendukung kebiasaan mereka.
c) Perubahan dalam
Lingkungan Teman: Remaja
yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba sering kali mulai bergaul dengan
teman-teman yang juga menggunakan narkoba. Mereka mungkin lebih memilih untuk
berinteraksi dengan kelompok tersebut karena merasa diterima atau karena
kelompok tersebut memiliki pola perilaku yang serupa. Ini menjadi salah satu
faktor yang meningkatkan risiko pergaulan yang buruk dan penyalahgunaan narkoba
lebih lanjut.
4. Gejala Perilaku
Pengguna Narkoba pada Remaja
Selain perubahan fisik, psikologis, dan
sosial, ada beberapa gejala perilaku yang jelas menunjukkan bahwa seorang remaja
mungkin terlibat dalam penggunaan narkoba:
a) Penurunan Perilaku
Akademik dan Sosial:
Salah satu gejala yang paling mudah dikenali adalah penurunan drastis dalam
prestasi akademik. Remaja yang sebelumnya berprestasi baik tiba-tiba mengalami
penurunan yang signifikan dalam nilai atau kehadiran di sekolah. Mereka mungkin
menjadi malas, tidak hadir tanpa alasan yang jelas, atau tidak memperhatikan
pelajaran sama sekali.
b) Perubahan dalam
Pola Pengeluaran Uang:
Pengguna narkoba sering kali membutuhkan uang untuk membeli narkoba, yang bisa
memicu mereka untuk meminta uang lebih banyak dari orang tua atau menghabiskan
uang secara berlebihan. Mereka juga bisa terlibat dalam tindakan ilegal,
seperti mencuri atau menjual barang-barang pribadi, untuk mendapatkan uang guna
membeli narkoba.
c) Perilaku Berisiko
dan Kriminal: Remaja
pengguna narkoba cenderung menunjukkan perilaku berisiko yang lebih tinggi,
seperti mengemudi dalam kondisi mabuk, berkelahi, atau terlibat dalam kegiatan
ilegal lainnya. Ini sering kali disebabkan oleh penurunan kontrol diri akibat
pengaruh narkoba pada otak mereka.
D. Dampak Penyalahgunaan Narkoba di
Kalangan Remaja
1.
Dampak Kesehatan
Penyalahgunaan narkoba membawa konsekuensi
serius terhadap kesehatan fisik dan mental remaja. Penggunaan narkoba dapat
merusak berbagai organ tubuh seperti hati, jantung, paru-paru, dan otak,
tergantung jenis narkoba yang dikonsumsi. Dalam jangka panjang, hal ini bisa menyebabkan
penyakit kronis bahkan kematian. Selain itu, narkoba memengaruhi sistem saraf
pusat yang mengakibatkan gangguan mental seperti depresi, kecemasan, paranoia,
dan gangguan bipolar(WHO,2023).. Ketergantungan atau kecanduan narkoba juga
menurunkan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara normal tanpa zat tersebut.
a) Dampak pada Kesehatan
Fisik
Penyalahgunaan
narkoba secara langsung merusak tubuh remaja yang masih dalam tahap
pertumbuhan. Beberapa dampak fisik yang sering dialami meliputi:
1. Kerusakan pada
organ-organ penting dalam tubuh seperti hati, paru-paru, dan otak.
2. Melemahnya sistem
kekebalan tubuh, membuat remaja lebih mudah terkena penyakit.
3. Risiko overdosis yang
dapat berakibat pada kematian mendadak.
b) Dampak pada
Psikologis dan Emosional
Narkoba memengaruhi sistem saraf pusat,
menyebabkan gangguan mental dan emosional, seperti:
1. Timbulnya depresi,
rasa cemas, dan masalah tidur.
2. Kehilangan kemampuan
mengontrol emosi, sehingga remaja cenderung menjadi agresif atau cepat marah.
3. Penurunan daya pikir,
konsentrasi, dan ingatan, yang berdampak negatif pada prestasi belajar.
2.
Dampak Sosial
Penyalahgunaan narkoba tidak hanya merusak
individu, tetapi juga hubungan sosialnya. Remaja yang terlibat narkoba
cenderung mengalami kesulitan dalam hubungan keluarga dan pertemanan. Hal ini
dapat menyebabkan isolasi sosial, penurunan nilai moral, dan hilangnya
kepercayaan dari orang-orang di sekitarnya. Di lingkungan sekolah,
penyalahgunaan narkoba sering kali mengakibatkan penurunan prestasi akademik,
ketidakhadiran, atau bahkan putus sekolah. Selain itu, penggunaan narkoba juga
meningkatkan risiko terlibat dalam tindak kriminal, baik sebagai pelaku maupun
korban, seperti pencurian, kekerasan, atau perdagangan narkoba(Kompas.com.,
2024).
Penyalahgunaan narkoba sering kali merusak
hubungan sosial remaja, seperti:
a. Hubungan keluarga
menjadi renggang akibat perilaku remaja yang semakin sulit diatur.
b. Menurunnya kualitas
hubungan sosial karena remaja lebih sering bergaul dengan lingkungan yang negative
dan kurang baik.
c. Terjerumus dalam
tindak kriminal, seperti mencuri untuk mendapatkan narkoba atau ikut serta
dalam aktivitas perdagangan ilegal.
3.
Dampak Ekonomi dan
Pendidikan
Penyalahgunaan narkoba memberikan tekanan
ekonomi yang besar, baik bagi individu maupun keluarga. Biaya untuk membeli
narkoba sering kali menguras keuangan pribadi atau keluarga. Dalam banyak
kasus, remaja yang kecanduan bahkan terpaksa melakukan tindakan ilegal demi
mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan narkobanya. Remaja yang menyalahgunakan narkoba sering kali
meninggalkan sekolah atau gagal menyelesaikan pendidikan. Hal ini dapat
memengaruhi stabilitas keuangan keluarga dalam jangka panjang. Selain
itu, biaya untuk rehabilitasi atau pengobatan akibat penyalahgunaan narkoba
juga tidak murah, sehingga menjadi beban tambahan bagi keluarga(UNODC, 2023). Di
tingkat masyarakat, penyalahgunaan narkoba mengurangi produktivitas generasi
muda yang seharusnya menjadi tenaga kerja potensial.
Dampak-dampak ini menunjukkan betapa seriusnya
ancaman penyalahgunaan narkoba, tidak hanya bagi individu tetapi juga keluarga,
masyarakat, dan bangsa. Oleh karena itu, upaya pencegahan dan penanganan yang
efektif menjadi sangat penting untuk menyelamatkan generasi muda dari bahaya
ini.
E. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan
Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja
1.
Peran Keluarga
Keluarga
adalah benteng utama dalam mencegah remaja terjerumus dalam penyalahgunaan
narkoba(Mulyono et al.2022). Orang
tua harus memberikan perhatian yang cukup terhadap aktivitas dan pergaulan
anak-anak mereka. Namun, banyak orang tua merasa ragu untuk mendiskusikan
tentang penyalahgunaan narkoba dengan anak-anak mereka. Sebagian dari kita
percaya bahwa anak-anak kita tidak akan terlibat pada hal-hal terlarang
tersebut. Sebagian lainnya menundanya karena tidak mengetahui bagaimana mereka
mengatakannya, atau justru takut mereka menjadi memikir tentang hal itu dan
mendorong ke arah yang tidak diinginkan (Dwitiyanti, Efendi & Supandi,
2019). Karena itu orang tua
harus memberikan perhatian yang cukup terhadap aktivitas dan pergaulan
anak-anak mereka. Komunikasi yang terbuka dan mendukung dapat
membantu remaja merasa didengar dan tidak mencari pelarian melalui hal-hal
negatif. Selain itu, membangun pola asuh yang disiplin namun penuh kasih
sayang, serta memberikan edukasi tentang bahaya narkoba sejak dini, dapat
memperkuat daya tahan remaja terhadap godaan narkoba.
2.
Peran Sekolah
Sekolah sebagai tempat pendidikan formal
memiliki peran penting dalam membentuk karakter remaja. Program-program edukasi
tentang bahaya narkoba, seperti seminar, penyuluhan, dan kampanye anti-narkoba,
perlu diadakan secara rutin. Selain itu, sekolah dapat menyediakan kegiatan
ekstrakurikuler yang positif, seperti olahraga, seni, atau komunitas, untuk
membantu remaja mengembangkan potensi mereka dan menjauhkan diri dari pengaruh
negatif. Guru dan konselor juga harus berperan aktif dalam mengidentifikasi dan
membantu siswa yang menunjukkan tanda-tanda masalah terkait narkoba.(Hartono,
S. P., 2023).
3.
Peran Pemerintah dan
Masyarakat
Pemerintah
memiliki tanggung jawab untuk membuat kebijakan yang efektif dalam memerangi
penyalahgunaan narkoba. Ini meliputi
penegakan hukum terhadap pengedar narkoba, penguatan layanan rehabilitasi bagi
pengguna, serta kampanye nasional untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Di sisi lain, masyarakat juga harus
berperan aktif dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan bebas narkoba.
Komunitas lokal dapat menginisiasi kegiatan seperti patroli lingkungan,
pendampingan remaja, atau program pemberdayaan masyarakat untuk mencegah
peredaran narkoba. Selain itu pola kebijakan kriminal sebagai upaya
penanggulangan kejahatan menurut dapat ditempuh melalui 3 (tiga) elemen pokok
yaitu: penerapan hukum pidana (criminal law application), pencegahan tanpa
pidana (prevention without punishment) dan mempengaruhi pandangan masyarakat
mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat media massa (influencing views of
society on crime) Arief (2009:23). Untuk mengatasi peredaran narkoba di dalam
negeri, Pemerintah Indonesia telah mengaturnya melalui Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika. Melalui Undang-Undang ini, pemerintah bertujuan
antara lain untuk menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan
kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; mencegah,
melindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan narkotika;
memberantas peredaran gelap narkotika; dan menjamin pengaturan upaya
rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalahguna dan pecandu narkotika. Dalam
rangka melakukan upaya pencegahan, pemberantasan dan penanggulangan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika lintas negara, perlu digunakan
pendekatan multi dimensional dengan memanfaatkan berbagai disiplin ilmu
pengetahuan dari penerapan teknologi. Sebagaimana diungkapkan oleh Wijaya
(2005: 153) mengatakan bahwa, penanggulangan terhadap peredaran gelap dan
penyalahgunaan narkotika dapat di tempuh melalui berbagai strategi dan
kebijakan pemerintah yang kemudian dilaksanakan secara menyeluruh dan simultan
oleh aparat terkait bekerjasama dengan komponen masyarakat anti narkoba.
4.
Penguatan Nilai-nilai Agama dan Moral
Nilai-nilai agama dan moral dapat menjadi
pondasi kuat bagi remaja untuk menjauh dari narkoba(Siswanto, T., (2023).
Mengintegrasikan pendidikan agama dan moral dalam kehidupan sehari-hari dapat
membantu remaja memahami pentingnya hidup sehat dan bertanggung jawab. Kegiatan
keagamaan seperti pengajian, retret, atau mentoring spiritual dapat menjadi
cara yang efektif untuk mendekatkan remaja kepada nilai-nilai positif. Pemerintah
/ petugas dinas kesehatan juga sudah menginfokan tentang bahaya narkoba ke
berbagai media massa secara luas seperti surat kabar, majalah, radio, TV,
spanduk dan sebagainya. Maka disinilah pendidikan agama dan perhatian orangtua
harus serius lebih ditingkatkan untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan
narkoba, karena dengan pondasi agama yang kuat didukung perhatian intens
orangtua, anak anak akan memiliki keteguhan iman, tekad kuat, dan akal sehat
yang dapat memilih memutuskan semua yang terbaik dalam hidup, sehingga tidak
mudah terjerumus dalam hal negatif apalagi terjerat dalam penyalahgunaan
narkoba Dr. H. Samsu Uwes, M.Pd. mengatakan bahwa: Masa depan kualitas
kehidupan suatu generasi, terkait dan sangat dipengaruhi oleh suasana kehidupan
keluarga masa kini. Mutu moral kehidupan yang telah melembaga dalam suatu rumah
tangga ditentukan dengan berkualitas atau tidaknya realisasi menjalankan
perintah agama dan seberapa intens perhatian dan dukungan yang diberikan oleh
orang tua dan antar anggota keluarga yang pada akhirnya dapat mempengaruhi
moral anak keturunannya (karakter), bila kualitas moral dan karakter suatu
keluarga tinggi, akan tinggi pula peluang keberhasilan anak keturunannya,
demikian juga sebaliknya. (Mimbar pendidikan, 2004:34). Artinya pencegahan
penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan mulai dari keluarga kita dengan cara membekali
anak dengan pendidikan agama yang baik dan perhatian orang tua yang
memfasilitasi pencapaian kesuksesan dengan tetap berpedoman hidup sesuai
nilai-nilai mulianya suatu ajaran agama.
Upaya pencegahan dan penanggulangan ini memerlukan
sinergi antara keluarga, sekolah, pemerintah, dan masyarakat. Dengan kerja sama
yang erat dan konsisten, diharapkan generasi muda dapat terlindungi dari
ancaman narkoba dan tumbuh menjadi individu yang sehat, produktif, dan
berkontribusi positif bagi bangsa.
F. Strategi
Pencegahan Digital dan Intervensi Teknologis
Di era digital saat ini, teknologi tidak hanya
menjadi media penyebaran narkoba, tetapi juga dapat menjadi instrumen penting
dalam pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja. Penelitian
terbaru dari International Journal of Drug Policy (2024) menunjukkan bahwa
pendekatan berbasis teknologi dapat menurunkan risiko penyalahgunaan narkoba
hingga 40% pada kelompok remaja.
Beberapa strategi inovatif
meliputi:
1.
Aplikasi Konseling
Digital
Pengembangan aplikasi konseling berbasis
AI yang memberikan dukungan psikologis 24/7, memungkinkan remaja mendapatkan
bantuan segera tanpa stigma sosial. Aplikasi ini dapat mendeteksi indikasi awal
risiko penyalahgunaan melalui analisis percakapan dan perilaku digital.
2.
Platform Edukasi
Interaktif
Menciptakan
platform online yang menarik, menggunakan metode gamifikasi untuk mengedukasi
remaja tentang bahaya narkoba. Konten
yang interaktif, video personal story dari mantan pengguna, dan tantangan
digital dapat meningkatkan kesadaran secara efektif.
3.
Sistem Monitoring
Berbasis Algoritma
Kementerian Komunikasi dan Informatika
dapat mengembangkan algoritma pemantauan media sosial untuk mendeteksi
aktivitas mencurigakan terkait peredaran narkoba. Sistem ini dapat membantu
aparat penegak hukum mencegah transaksi online dan melacak jaringan peredaran.
4.
Program Peer-to-Peer
Digital
Mengembangkan
jaringan dukungan digital antarremaja, di mana individu yang telah pulih dari
kecanduan dapat berbagi pengalaman dan memberikan dukungan melalui platform
daring yang aman dan terkontrol.
Integrasi
teknologi dalam upaya pencegahan narkoba membutuhkan kolaborasi multidisiplin
antara ahli teknologi, psikolog, penegak hukum, dan praktisi kesehatan.
Pendekatan ini tidak hanya bersifat preventif, tetapi juga responsif terhadap
dinamika perkembangan digital yang terus berubah.Namun, perlu diingat bahwa
teknologi bukanlah solusi tunggal. Teknologi harus diimplementasikan sebagai
bagian dari pendekatan komprehensif yang melibatkan keluarga, sekolah, dan
masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang mendukung dan sehat bagi remaja.
G. Studi Kasus atau Statistik Terkini
1.
Data Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja
Berdasarkan data terbaru dari Badan
Narkotika Nasional (BNN), prevalensi penyalahgunaan narkoba di Indonesia
menunjukkan angka yang mengkhawatirkan, khususnya di kalangan remaja. Survei
yang dilakukan pada tahun terakhir mencatat bahwa sekitar 2,8 juta pengguna
narkoba berasal dari rentang usia 15–24 tahun, yang sebagian besar
merupakan siswa dan mahasiswa(BNN,2024). Kelompok usia ini rentan terhadap
penyalahgunaan narkoba karena berada pada masa pencarian identitas dan sering
kali terpapar pengaruh lingkungan yang negatif.
2.
Studi Kasus
Penyalahgunaan Narkoba
Contoh
kasus yang menjadi sorotan adalah penangkapan sekelompok siswa di salah satu
kota besar yang terlibat pesta narkoba. Dalam kasus ini, ditemukan bahwa
narkoba didistribusikan melalui jalur media sosial, yang menunjukkan bahwa
kemajuan teknologi juga dimanfaatkan oleh para pengedar untuk menjangkau
remaja. Salah satu siswa yang tertangkap mengaku awalnya hanya mencoba karena
tekanan teman sebaya dan kurangnya pemahaman akan risiko narkoba
(Kompas.com, 2024).
3.
Peran Teknologi dalam
Peredaran Narkoba
Laporan
dari Pusat Studi Kejahatan Digital (2024) mengungkapkan bahwa 65% transaksi
narkoba di kalangan remaja kini dilakukan melalui platform daring seperti
media sosial dan aplikasi pesan instan(BNN,2024).. Hal ini mempermudah akses
remaja terhadap narkoba tanpa pengawasan langsung dari orang tua atau pihak
berwenang
4.
Upaya Pemerintah Melalui
Program Rehabilitasi
Untuk
menanggulangi hal ini, BNN dan Kementerian Kesehatan meluncurkan program
rehabilitasi berbasis komunitas yang menjangkau lebih banyak pengguna narkoba
remaja. Data menunjukkan bahwa hingga tahun ini, lebih dari 12.000 remaja telah
mengikuti program rehabilitasi dengan tingkat keberhasilan pemulihan mencapai 75%(BNN,2024).
5.
Hasil Kampanye dan
Penyuluhan
Program
kampanye anti-narkoba yang dilakukan di sekolah-sekolah juga telah membawa
dampak positif. Sebuah studi dari universitas ternama pada tahun 2024
menunjukkan bahwa 85% siswa yang mengikuti kampanye memiliki pemahaman lebih
baik tentang bahaya narkoba, dan 70% di antaranya melaporkan keberanian untuk
menolak ajakan menggunakan narkoba(BNN,2024).
Data dan
kasus-kasus ini memberikan gambaran jelas tentang situasi terkini
penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja. Meski ancaman ini masih besar,
langkah-langkah penanggulangan yang dilakukan berbagai pihak menunjukkan hasil
yang cukup menjanjikan. Keberlanjutan program dan sinergi antar elemen
masyarakat menjadi kunci untuk menekan angka penyalahgunaan narkoba di masa
mendatang.
H. Penutup
Penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja adalah
masalah serius yang mengancam masa depan generasi muda dan bangsa. Berbagai
faktor seperti pengaruh lingkungan, kurangnya pengawasan orang tua, tekanan
hidup, serta minimnya edukasi tentang bahaya narkoba menjadi penyebab utama
yang mendorong remaja untuk terlibat dalam penyalahgunaan zat berbahaya ini.
Dampaknya tidak hanya merugikan kesehatan fisik dan mental, tetapi juga
menghancurkan hubungan sosial, pendidikan, serta kehidupan ekonomi mereka dan
keluarga.
Namun, ancaman ini bukanlah sesuatu yang tidak
dapat diatasi. Peran aktif keluarga dalam memberikan perhatian dan edukasi,
upaya sekolah dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif, dukungan
pemerintah melalui kebijakan dan penegakan hukum yang tegas, serta partisipasi
masyarakat dalam menciptakan lingkungan bebas narkoba, adalah langkah-langkah
penting untuk mencegah dan menanggulangi masalah ini. Penguatan nilai-nilai
agama dan moral juga menjadi kunci dalam membangun karakter remaja yang kuat dan
mampu menghadapi tekanan hidup tanpa perlu mencari pelarian pada hal-hal
negatif.
Dengan kolaborasi yang baik dari semua pihak,
diharapkan generasi muda dapat terhindar dari jeratan narkoba, tumbuh menjadi
individu yang sehat dan produktif, serta berkontribusi dalam pembangunan
bangsa. Mari bersama-sama menciptakan lingkungan yang aman, mendukung, dan
penuh kesadaran untuk melindungi remaja dari bahaya narkoba.
Daftar Pustaka
Badan Narkotika Nasional
(BNN). (2024). Laporan Tahunan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika
di Indonesia. Jakarta: BNN.
Badan Narkotika Nasional
(BNN). (2024). Statistik Kesehatan Terkait Penyalahgunaan Narkoba di
Kalangan Remaja. Jakarta: BNN.
Badan Narkotika Nasional
(BNN). (2024). Evaluasi Program Rehabilitasi Berbasis Komunitas.
Jakarta: BNN.
Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. (2021). Panduan Pencegahan dan Penanganan Penyalahgunaan
Narkoba. Jakarta: Kementerian Kesehatan.
Hartono, S. P. (2023).
"Peran Sekolah dalam Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan
Remaja." Jurnal Pendidikan Nasional, 11(3), 45-60.
Kompas.com. (2024).
"Maraknya Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Pelajar dan Mahasiswa:
Ancaman untuk Masa Depan Bangsa." Diakses dari: https://www.kompas.com.
Mulyono, B., & Rahayu,
T. (2022). Pendidikan
Karakter sebagai Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Purwanto, A. (2023).
"Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja: Studi Kasus di
Kota Besar." Jurnal Psikologi Indonesia, 15(2), 123-135.
Siswanto, T. (2023).
"Pengaruh Media Sosial terhadap Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan
Remaja." Jurnal Komunikasi Indonesia, 8(1), 34-47.
United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC). (2023). World
Drug Report 2023. New York: UNODC.
National Institute on Drug Abuse (NIDA). (2021). Drugs, Brains, and
Behavior: The Science of Addiction. Retrieved from https://www.drugabuse.gov.
World Health Organization (WHO). (2023). "The Impact of Substance
Abuse on Adolescent Health." Diakses
dari: https://www.who.int.
Tirto.id. (2024). Mengapa
Remaja Menjadi Target Sindikat Narkoba? Diakses dari https://tirto.id/mengapa-remaja-menjadi-target-sindikat-narkoba-f8sq.
International
Journal of Drug Policy. (2024). "Digital Interventions in Adolescent Drug
Prevention: A Global Perspective." Volume 45, pp. 112-129.
dr. Kevin Adrian, via Alodokter. (2023). Narkoba pada Remaja Dapat Dikenali dengan
Cara Ini. Diakses dari: https://www.alodokter.com/narkoba-pada-remaja-dapat-dikenali-dengan-cara-ini